Selasa, 11 November 2008

DOUBLE STANDART


(I Timotius 4:16 & I Korintus 9:27)

Istilah ini mungkin asing bagi kita, tetapi seringkali tanpa kita sadari, kita telah melakukannya. Perhatikan apa yang dilakukan oleh seorang bapak, oleh seorang guru, bahkan juga oleh kebanyakan orang Kristen berikut ini, yang akan menjelaskan kepada kita tentang bagaimana double standard ini diberlakukan, baik secara sadar ataupun tidak.

Pertama, Suatu kali ada seorang bapak yang marah dan menegur anaknya yang sedang merokok, “Nak, kamu tidak boleh merokok! “ Anaknya menjawab,”Bapak sendiri merokok.” “Saya kan sudah dewasa, saya bisa cari uang sendiri, sedangkan kamu masih anak-anak!” balas bapaknya masih dengan nada keras.

Kedua, Ada seorang guru yang marah dan menegur muridnya yang terlambat,” Kamu terlambat! Apa tidak tahu ini sudah jam berapa! “ Suatu kali guru ini terlambat masuk kantor, dan seorang murid berkata dengan pelan, “Bapak kok terlambat?” “Saya kan baru masuk kelas jam kedua,” jawab guru ini dengan santai.

Ketiga, Seorang jemaat berkata kepada jemaat lain, Wah, baru kelihatan batang hidungnya.” Suatu kali mereka bertemu di angkot, jemaat yang menegur tadi pulang dari arisan keluarga, dan jemaat yang pernah ditegur baru pulang dari gereja. Jemaat yang pernah ditegur balik menegur, “Ibu kok tidak pergi ke gereja?” “Saya ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan,” jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Peristiwa-peristiwa diatas menjelaskan kepada kita tentang “Double Standard”, yaitu pemberlakuan sebuah aturan hanya kepada satu pihak saja, dan biasanya untuk orang lain, tetapi diabaikan oleh pihak lain, yaitu diri sendiri.

Yosua telah menerima janji tentang kesetiaan Allah. “Sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan berumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. “ (Yosua 1:6). Allah selalu setia kepada janjiNya dan Ia akan selalu menggenapi apa yang sudah dijanjikanNya.

Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus berkata, “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (I Timotius 4:16a). Artinya, Rasul Paulus menghendaki supaya ajaran dan tingkah laku Timotius selaras. Kepada jemaat Korintus Rasul Paulus berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (I Kor 9:27). Artinya, Rasul Paulus berusaha untuk berbuat benar sesuai dengan Injil yang ia beritakan. Jelas bahwa Alkitab mengajarkan supaya “double standard” tidak dipakai dalam hidup ini.

Mari kita lihat diri kita! Pada saat kita berkata, “Firman Tuhan itu bukan untuk saya,”berarti kita sedang memberlakukan double standar. Pada saat kita berkhotbah hanya untuk menghantam orang lain, berarti kita sedang memberlakukan “Double Standard”. Pada saat kita menegur orang lain, kalau teguran itu tidak kita berlakukan bagi kita sendiri, kita sedang memberlakukan “Double standard”. Waspadalah, “Double standar” hanya menyebabkan orang lain tersandung dan Tuhan pun tidak senang dengan hal ini!


AMIN

Tidak ada komentar: