
Kemarahan adalah suatu emosi, suatu reaksi tak disengaja terhadap suatu situasi atau kejadian yang tidak menyenangkan. Selama kemarahan terbatas pada emosi yang muncul! tak disengaja , ia bisa dianggap reaksi wajar. Baru ketika kita menanggapinya secara salah, ketika kita tak dapat lagi mengekang diri (melampiaskan kemarahan) atau ketika kita memendamnya sampai timbul kepahitan, dendam dan permusuhan kita masuk dalam bahaya. Di sinilah Alkitab menuntut pertanggungan jawab kita.
Dalam pendekatan kita terhadap masalah kemarahan, kita perlu ingat bahwa tidak semua kemarahan adalah salah. Dan hal ini tergantung dari sikap hati kita dan kesadaran kita akan beberapa sikap yang dilakukan dan perkataan yang diucapkan.
Bila Alkitab menyorotinya, ia menekankan pada beberapa bentuk emosi. Misalnya:
1. "Maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan
dipecahkannya pada kaki gunung itu." (Kel 32:19).
2. Ketika menyembuhkan orang yang lumpuh tangan dikatakan bahwa Yesus "berdukacita karena
kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya . . . " (Mr 3:5).
3. Walau tidak dinyatakan secara langsung, jelas terlibat kemarahan dalam sikap dan tindakan-Nya
ketika Dia mengusir para penyedot keuntungan dari Rumah Allah. (Mr 11:15,17).
4. Kemarahan sedikit banyak terlibat dalam sikap dan perlakuan kita terhadap dosa. "Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa." (Ef 4:26).
5. Kain dan Habil (Kej 4:1-16). Kain marah, karena persembahannya tidak diterima seperti
saudaranya. Masalahnya bukan antara Kain dan Habil tetapi antara Kain dan Tuhan. Allah yang
menolak persembahannya. Tetapi Kain mendendam dan muram. Bukan dia bertobat dan
memohon ampun kepada Tuhan, dia malah membunuh adiknya.
Mengontrol Kemarahan adalah Rohani:
Dalam usaha mengontrol kemarahan kita, kita harus menyadari bahwa tiap orang berhak memiliki pendapatnya sendiri dan kehormatan dirinya. Bersamaan dengan itu, supaya seimbang, jangan lupa pula bahwa jika Yesus menuntut "hak-Nya" Dia tidak akan sampai di Salib. Ada garis perbedaan di sini. Yang harus kita ingat ialah, bahwa kita harus berhati-hati dengan respon-responnya, sambil mengingat bahwa posisi kita bisa benar tetapi sikap kita salah.
"Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya." (Ams 29:11).
Akibat rasa marah yang tak terselesaikan dapat menimbulkan Kebencian. Kebencian adalah ketidaksenangan, kejengkelan dan sakit hati sebagai reaksi karena merasa dihina atau disakiti, entah sungguh terjadi, atau sangkaan atau tak disengaja. Kebencian yang mendalam akan menimbulkan Kepahitan hati.
Berdasarkan pengalaman para pembimbing profesional, sebagian kasus yang dilayani ialah marah, pahit hati dan benci. Perasaan-perasaan terpendam memakan habis diri orang, sampai emosinya lumpuh dan tubuhnya sakit. Daya berfungsinya terganggu, kegunaannya merosot. Mereka sering sukar tidur, dan hubungan-hubungannya di dalam dan di luar keluarga, terkikis. Sebagian orang sedemikian dikuasai oleh keinginan membalas, sampai membunuh orang. Orang yang menyimpan endapan rasa marah tak terselesaikan, bukan orang yang sehat.
Banyak kali orang akan mengungkapkan masalah ini, karena ingin memperoleh simpati dan dorongan untuk melampiaskan yang dirasakannya. Mereka akan menceritakan betapa mereka disalah mengerti, difitnah, diperlakukan salah, tanpa menyadari hakekat dosa di balik kelakuan mereka sendiri. Sementara kisah itu diungkapkannya dan anda menemukan adanya kepahitan dan kebencian, perlakukan itu sebagai dosa.
Firman Tuhan berkata, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu." (Kol 3:8).
"Alkitab tidak melarang kita untuk tidak senang, asal dibatasi oleh dua hal.
Pertama, menjaga kemarahan kita bersih dari kepahitan, permusuhan dan kebencian.
Kedua, setiap hari memeriksa diri, apakah kita sudah menangani perasaan-perasaan jelek kita. Pepatah Latin berkata: "Orang yang tidur membawa kemarahan, tidur dengan Iblis." Tentu saja, hidup akan penuh dengan gangguan. Hal-hal itu bisa dimanfaatkan Iblis untuk membangkitkan nafsu-nafsu jahat kita."
Kemarahan melampaui batas atau tak terkendali jika:
1. Dia meluap dalam bentuk sikap dan atau ucapan jelek.
2. Dia menimbulkan kepahitan, kebencian dan permusuhan.
3. Dia menyebabkan kelemahan rohani, kekacauan batin, menghilangkan kedamaian hatinya. Adakah
perasaan dalamku bahwa aku sedang mendukakan Allah atau memberi kesempatan bagi si Iblis
(Ef 4:27)
4. Dia membawa akibat buruk pada orang lain. Adakah ia merusakkan kesaksian hidupku? Adakah
orang yang menjadi korban respon-responku?
Bagaimana mengendalikan luapan kemarahan?
1. Berusahalah untuk tidak menafsirkan segala hal sebagai sesuatu gangguan, luka terhadap diri anda. Usahakan juga untuk menemukan penyebab luapan marah anda.
2. Jadikan sikap dan respon anda masalah untuk didoakan dengan sungguh-sungguh. Kita harus
pula mendoakan sikap orang yang menganggu anda pada Tuhan, sambil mengingat bahwa
Allah memakai orang dan keadaan untuk membentuk watak kita. Bagian-bagian watak yang
masih kasar perlu digosok, dihaluskan. Yesus ketika berada di kayu salib juga mendoakan
orang-orang yang menyalibkan Dia.
3. Biasakan mengakui luapan kemarahan sebagai dosa. Pentingnya bertindak segera dalam kasus
ini, tegas terdengar dalam nasihat rasul Paulus, "janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu." (Ef 4:26). Belajarlah untuk menyelesaikan baik-baik sebelum hari berakhir.
4. Sadari bahwa seorang Kristen harus belajar mengatasi dua sifat yang masing-masing saling
melawan ingin menang. Kita harus belajar mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" dari
Efesus 4:22-24*.
A. "Tanggalkan" diri lama kita yang dirusak oleh keinginan-keinginan salah (Efesus 4:22).
B. "Kenakan" diri baru kita, yang telah Allah ciptakan seturut kebenaran dan kekudusan-Nya
(Efesus 4:24).
C. Akibat mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" tadi, kita akan "dibaharui di dalam
roh dan pikiran" (Efesus 4:23). Inilah cara mewujudkan 2Korintus 5:17.
5. Berusahalah mengalihkan kemarahan anda dari diri ke masalah yang menyebabkannya.
6. Serahkan diri tiap hari pada Roh Kudus. "Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging." (Gal 5:16).
7. Izinkan Firman Allah meresapi hidup anda melalui pembacaan, perenungan dan penghafalan
Firman. "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu,
sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain " (Kol 3:16).
AYAT ALKITAB
Yak 1:19,20 "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah; sebab amarah
manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah."
Ams 15:1 "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas
membangkitkan amarah."
Kol 3:8 "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-
kata kotor yang keluar dari mulutmu."
Ams 29:11 "Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya
meredakannya."
Ef 4:21-24 "Kamu telah . . . menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamus berhubung dengan kehidupan kamu yang lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusannya yang sesungguhnya."
1Pet 2:23 "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia
tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."
Mat 6:14,15 "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan
mengampuni kesalahanmu."
Rom 12:14-19 "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu
adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."
Ibr 12:14,15 "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."
AMIN